LAPORAN
Disusun Sebagai Tugas Agama Islam
DISUSUN OLEH
RENO
\KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
PROGRAM STUDI PELAJARAN AGAMA ISLAM
POLITEKNIK KETAPANG
23NOVEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Agama Islam. Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat
manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang
telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang
perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun
realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang kerukunan antar umat beragama, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga tugas ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Politeknik Ketapang. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
Ketapang, 23 November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................
ABSTRAK.............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
ABSTRAK.............................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan
Masalah...................................................................................
C. Tujuan.....................................................................................................
D. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama..........................................
D. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama..........................................
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Kerukunan Antar Umat Beragama
di Indonesia.....................................
B. Kendala-Kendala.....................................................................................
C. Solusi.......................................................................................................
D. Agama Islam Merupakan Rahmat
Bagi Seluruh Alam...........................
E. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah
Insaniyah........................................
F. Kebersamaan Ummat Beragama
Dalam Kehidupan Sosial...................
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerukunan beragama di tengah
keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai
alternatif yang paling tepat untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang
sangat majemuk di bawah suatu tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya
wacana mengenai Pancasila seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya
reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering
kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun
dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu
optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula
solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah
sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia
seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan
organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar
sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan
masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.
B. Rumusan Masalah
1. Kendala apa
yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan beragama di
Indonesia?
2.
Bagaimana masyarakat menghadapi
permasalahan/kendala dalam mencapai kerukunan
antar umat beragama di Indonesia?
3.
Apakah Agama Islam Merupakan Rahmat
Bagi Seluruh Alam?
4. Bagaimana
Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud
untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama kami dan untuk menambah wawasan para
pembaca tentang kerukunan antar umat beragama serta permasalahan yang di
hadapi. Semoga Bermanfaat.
D. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama
Umat Beragama Diharapkan Perkuat
Kerukunan Jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan
memberikan stabilitas dan kemajuan Negara.
Menteri Agama Muhammad Maftuh
Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat memperkuat kerukunan beragama
dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa. "Sebab
jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan
sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara," katanya dalam
Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk Mengantar NKRI di Jakarta, Rabu.
Pada pertemuan yang dihadiri
tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu itu
Maftuh menjelaskan, kerukunan umat beragama di Indonesia pada dasarnya telah
mengalami banyak kemajuan dalam beberapa dekade terakhir namun beberapa
persoalan, baik yang bersifat internal maupun antar-umat beragama, hingga kini
masih sering muncul.
Menurut dia, kondisi yang demikian
menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama tidak bersifat imun melainkan terkait
dan terpengaruh dinamika sosial yang terus berkembang. "Karena itu upaya
memelihara kerukunan harus dilakukan secara komprehensif, terus-menerus, tidak
boleh berhenti," katanya.
Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan,
tokoh dan umat beragama dapat memberikan kontribusi dengan berdialog secara
jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang kekuatan bersama guna
mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan. Ia juga
mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang menyatakan bahwa misi
agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi dengan tujuan
meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun karakter.
"Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik temu agenda bersama lintas
agama," katanya.
Mengelola kemajemukan Ketua Majelis
Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat Indonesia memang
majemuk dan kemajemukan itu bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa
jika tidak dikelola secara baik dan benar. "Kemajemukan adalah realita
yang tak dapat dihindari namun itu bukan untuk dihapuskan. Supaya bisa menjadi
pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar," katanya.
Ia menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara baik dan benar diperlukan
dialog berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini mengganjal di
masing-masing kelompok masyarakat. "Karena mungkin masalah yang selama ini
terjadi di antara pemeluk agama terjadi karena tidak sampainya informasi yang
benar dari satu pihak ke pihak lain. Terputusnya jalinan informasi antar
pemeluk agama dapat menimbulkan prasangka- prasangka yang mengarah pada
terbentuknya penilaian negatif," katanya.
Senada dengan Ma'ruf, Ketua
Konferensi Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan dialog
berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk membangun
persaudaraan antar- umat beragama.
Menurut dia, tema dialog antar-umat
beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah theologis, ritus dan cara
peribadatan setiap agama melainkan lebih ke masalah- masalah kemanusiaan.
"Dalam hal kebangsaan, sebaiknya dialog difokuskan ke moralitas, etika dan
nilai spiritual," katanya. Ia juga menambahkan, supaya efektif dialog
antar-umat beragama mesti "sepi" dari latar belakang agama yang
eksklusif dan kehendak untuk mendominasi pihak lain. "Sebab untuk itu
butuh relasi harmonis tanpa apriori, ketakutan dan penilaian yang dimutlakkan.
Yang harus dibangun adalah persaudaraan yang saling menghargai tanpa kehendak
untuk mendominasi dan eksklusif," katanya.
BAB II
PEMBAHASAN
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
A.Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat
dihindarkan di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang
untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.
Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis,
Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat
dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat
dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena, Agama
tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua masalah.
Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia.
Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena
memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa
untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu
pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan
pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama
terhadap agama lain sangat penting.
Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa
hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang
yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun
ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka
muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi
bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul pengakuan
positif atas kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong terjadinya
saling pengertian. Di masa lampau, kita berusaha
menutup diri dari tradisi agama lain dan menganggap agama selain agama kita
sebagai lawan yang sesat serta penuh kecurigaan terhadap berbagai aktivitas
agama lain, maka sekarang kita lebih mengedepankan sikap keterbukaan dan saling
menghargai satu sama lain.
B.Kendala-Kendala
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah
satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia,
adalah munculnya sikap toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana
diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan
tak langsung (indirect encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan
teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan
mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam
tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama
menjaga jarak satu sama lain.
Masing-masing agama mengakui
kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak
dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah
perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat
menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka
akan timbullah yang dinamakan konflik.
2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang
menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan
antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di
antara faktor-faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah
dibangun dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin
berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya.
Namun tiba-tiba saja muncul
kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan
memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan
“bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di
negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels di
negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi
darah; darah saudara-saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya.
Tanpa politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak
mampu membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita
seringkali menunggangi agama dan memanfaatkannya.
3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama
secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia
telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan
sebagai Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang
menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama
seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih
berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat
menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk Islam.
Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini, tidak dapat
diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini
tidak mudah dikikis karena masing-masing sekte atau aliran dalam agama
tertentu, Islam misalnya, juga memiliki agen-agen dan para pemimpinnya
sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak dari satu komando dan satu pemimpin. Ada
banyak aliran dan ada banyak pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama
lain memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang
bertentangan. Tentu saja, dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti
ini. Kelompok Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah
mengajak mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada
“di luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang
bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan abadi.
Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam agama
teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
Dari uraian diatas, sangat jelas
sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah akar dari permasalahan yang
menyebabkan konflik sekejap maupun berkepanjangan.
C.Solusi
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang
menggunakan kerangka politik secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi
pergumulan, konflik dan pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu
sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik
yang kemudian disebut sebagai “sejarah konvensional” dikembangkan dengan
mencakup bidang-bidang kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan
apa yang disebut sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah model mutakhir
ini lazim disebut sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai bandingan
dari “sejarah politik” (political history). Penerapan sejarah sosial dalam
perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan
dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua agama ini di
luar bidang politik, yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian
dan kedamaian, yang pada gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai
(peaceful co-existence) di antara para pemeluk agama yang berbeda.
Hampir bisa dipastikan, perjumpaan
Kristen dan Islam (dan juga agama-agama lain) akan terus meningkat di masa-masa
datang. Sejalan dengan peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi
dan transportasi, kita akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam
skala intensitas yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir
tidak ada lagi suatu komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif,
terpisah dari lingkungan komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh
kasus dapat diambil: seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika
Serikat, yang mungkin oleh sebagian orang dipandang sebagai sebuah “negara
Kristen,” telah berubah menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam.
Saya kira, Indonesia, dalam batas tertentu, juga mengalami kecenderungan yang
sama. Dalam pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama
itu, khususnya agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu
tertentu ketika terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat
intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita,
bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam perjumpaan
itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges) dalam lapangan
sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat disebut sebagai
“non-agama.”
Bahkan terjadi juga pertukaran yang
semakin intensif menyangkut gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog
antaragama dan kemanusiaan baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada
tingkat internasional; ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut.
Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian
dan, pada gilirannya, kehidupan berdampingan secara damai.
2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan
menghadang jalan kita untuk menuju sikap terbuka, saling pengertian dan saling
menghargai antaragama, saya kira kita tidak perlu bersikap pesimis. Sebaliknya,
kita perlu dan seharusnya mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan
menyongsong masa depan dialog.Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita
bersikap optimis.
Pertama, pada beberapa dekade
terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga dialog antaragama, semakin
merebak dan berkembang di berbagai universitas, baik di dalam maupun di luar
negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama, IAIN dan Seminari misalnya,
di universitas umum seperti Universitas Gajah Mada, juga telah didirikan Pusat
Studi Agama-agama dan Lintas Budaya. Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa
menjadi pertanda dan sekaligus harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang
lebih toleran dan pada akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan
lembaga-lembaga kajian agama, seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang
memberikan sumbangan dalam menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan
kerukunan antarpenganutnya.
Kedua, para pemimpin masing-masing
agama semakin sadar akan perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan
antar-agama. Mereka seringkali mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun
insidentil untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai
problem keagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran
semacam ini seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi
juga oleh para penganut agama sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang
pemisah antara pemimpin agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan
bangunan-bangunan fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi
kurang menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka
dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Ketiga, masyarakat kita sebenarnya
semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak
lagi mudah disulut dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun
kelompok demi target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid
dan gereja diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa
membedakan mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian
bagi agama autentik (authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita
bersama, yakni pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk
mengingatkan para aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama
sebagai instrumen politik dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba
antarpenganut agama.
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan
dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya, maka setidaknya kita para
pemeluk agama masih mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan
pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada
sebagai lawan.
D.Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam
1. Makna agama Islam
Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera,penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran yang menciptakan
kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan kehidupan ummat manusia pada sebagai
penerima amanah allah yang dapat menjalagkan amanah tersebut secara benar dan
kaffah.
Agama islam adalah agama yang allah
turunkan sejak manusia pertama, nabi pertama yaitu nabi adam as. Agama islam
itu kemudian allah turunkan secara berkisenambungan pada para nabi dan rasul
rasulnya. Aknir proses penurunan agama islam itu baru menjadi pada masa
kerasulan nabi Muhammad pada awal abad ke-v11 masehi. Islam sbagai nama agama
yang allah turunkan belum dinyatakan secara eksplisit pada masa kerasulan
sebelum nabi Muhammad saw. Tetapi makna yang substansi ajaranya secara implicit
memiliki persamaan yang dapat dipahami yang dapat dipahami dari penyataan sikap
para rasul. Sebagaimana firman allah dalam surah al- baqarah ayat 132 yang
artinya:
"hai anak anakku (kata Ibrahim )sesungguhnya
allah telah memilih agama ini bagimu maka janganlah kamu mati kecuali dalam
memeluk agama islam." (Q S al-baqarah 132)
Ajaran agama
islam memiliki karakteristik sbb:
1. sesuai dengan fitrah manusia
2. ajarannya sempurna
3. kebenarannya mutlak
4. mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
5. fleksibel dan ringan
6. berlaku scara universal
7. sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal
1. sesuai dengan fitrah manusia
2. ajarannya sempurna
3. kebenarannya mutlak
4. mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
5. fleksibel dan ringan
6. berlaku scara universal
7. sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal
pikirannya
8. inti ajarannya adalah tauhid
9. menciptakan rahmat, kasih syang Allah terhadap mahluknya
8. inti ajarannya adalah tauhid
9. menciptakan rahmat, kasih syang Allah terhadap mahluknya
2. makna ukhuwah insyaniah
Fungsi sebagai rahmat allah telah
dijelaskan dalam al-quran surah al anbiya ‘ ayat 107 yang artinya:
‘’dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk
menjadi rahmat bagi semesta alam’’(QS al- anbiya ‘ayat 107)"
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam sbb:
a)
Islam memberikan kebebasan pada
manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan Allah
b)
Islam menghargai dan menghormati
manusiasebagai hamba allah, baik mereka muslim maupun non muslim
c)
Islam mengatur pemamfaatan
alam secara baik dan professional
d)
Islam menghormati kondisi spesifk indifidu
manusia dan memberikan pelakuan yang spesifik pula.
E. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
1. makna ukhuwah islamiyah
kata ukhuwah berarti persaudaraan,
maksudnya perasaan simpati daan empati antara dua orang atau lebih.
Persaudaraan sesame muslim berarti saling menghargai dan saling menghormati
relativitas masing masing sebagai sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan
pemikiran, sehingga tidak menjadi penghalang untuk saling membantu atau
menolong karena diantara mereka terkait oleh satu keyakinan dan dan jalan
hidup, yaitu islam.sebagaimana disebutkan dalam al quran surat alhujarat ayat
10: yang artinya:
‘’sesungguhnya orang orang mukmin adalah bersaudara,
karna itu damaikanlah antara kedua”
2. makna ukhuwah insaniyah
konsep sesama persaudaran manusia (ukhuwah insaniyah)
di landasi ajaran bahwa semua ummat manusia adalah makhluk Allah. Sebagaimana
Allah menjelaskan dalam al-quran surah al-maidah ayat 48.
Dalam praktek keterangan yang sering timbul antar
ummat beragama dengan pemerintahan disebabkan oleh:
1.
Sifat dari masing masing agama yang mengandung
tugas dakwa atau misi
2.
Kekurangan pengetahuan pemeluk agama
akan agamanya atau sendiri atau agama
pihak lain
3.
Para pemwluk agamma tidak mampu menahan diri,
sehingga kurang menghormati bahkan memandang renda agama lain.
4.
Kaburnya batas antara sikap memegang teguh
keyakinan agama dan toleransi dalam dalam kehidupan masayarakat
5.
Kecurigaan masing masing akan kejujuran pihak
lain, baik intern ummat, beragama maupun antara ummat beragama dengan
pemerintah
6.
Kurangnya saling pengertian dalam
menghadapi masalah perbedaan pendapat
Dalam pembinaan ummat beragama, para pemimpin dan
tokoh dalam mempunyai peranan yang besar, yaitu;
1.
Menerjemahkan nilai nilai dan norma norma
agama dalam masyarakat
2.
Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam
bahasa yang di mengerti masyarakat
3.
Memberikan pendapat, saran dan kritik yang
sehat terhadap ide ide dan cara cara yang di lakukan untuk tugasnyanya
pembangunan
4.
Mendorong pembangunan dan membimbing
masyarakat dan ummat beragama untuk serta dalam usaha
F. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial
1. pandangan agama islam terhadap
ummat non Islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang
tidak mau menerima islam sebagai agamanya di sebut kafir atau non islam . Kata
kafir berarti orang yang menolak, yang tidak mau menerima atau menolak menaati
aturan allah yang diwujudkan kepada manusia melalui ajaran islam.
Ketika rasulullah mulai menyampaikan
ajaran islam kepada masyarakat arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima
ajaran tersebut dan sebagianya lagi menolak orang yang menolak ajakan
rasulullah saw tersebut di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang
musrik yang menyembah berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli
kitab baik orang yahudi maupun orang nasrani.
2. Tanggung jawab sosial ummat Islam
Ummat islam adalah umat yang terbaik
yang diciptakan allah dalam kehidupan ini. Bentuk tanggung jawab sosial ummat
islam meliputi berbagai aspek kehidupan , di antaranya adalah:
1.
Menjalin silaturahmi dengan tetangga
dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan sebuah kebaikan seseorang kepada
tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan
2.
Memberikan infak sebagian dari harta yang
dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk zakat maupun yang sunnah dalam bentuk
sedekah.
3.
Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang
sakit dan ta’ziyah bila ada anggota masyarakat yang meninggal dengan mengantar
jenazahnya sampai di kuburnya.
4.
Memberi bantuan kepada masyarakat
bila ada yang memerlukan bantuan
5.
Penyusunan system sosial yang efektif
dan efesien untuk membangunmasyarakat, baik mental spiritual maupun fisik
materialnya.
3. amar ma’ruf dan nahi munkar
Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang
lain untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan
saran pendukung, amar ma’ruf dan nahi munkar memerlukan juga kebijakan dalam
bertindak. Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu,
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu,
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.
Bentuk amar
ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
1. Mendirikan mesjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3. Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
8. Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi social
1. Mendirikan mesjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3. Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
8. Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi social
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan dalam makalah ini,
dapat kami simpulkan berbagai macam bahasan mengenai kerukunan antar umat
beragama, yaitu : Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat
antar beragama ada beberapa sebab, antara lain;
1. Rendahnya Sikap Toleransi
2. Kepentingan Politik dan
3. Sikap Fanatisme
2. Kepentingan Politik dan
3. Sikap Fanatisme
Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan
melakukan Dialog Antar Pemeluk Agama dan menanamkan Sikap Optimis terhadap
tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim, Muhammad, imanuddin, kuliah tauhid,
(Jakarta: Yayasan Sari Insan) http://cippad.usc.edu/ai/themes/cfm/culture_b
Dr. Ali
Masrur, M.Ag.,2004,Problem dan Prospek Dialog Antaragama.
Artikel. Cfm Koran
bali post cetak 29/12/2003.
Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds.,
2001, Muslims and the West: Encounter and Dialogue, Islamabad & Washington
DC., Islamic Research Institute, International Islamic University & Center
for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University
Koran bali post cetak 29/12/2003/. Hlm 3
Dr. Ali Masrur, M.Ag.Problem dan Prospek Dialog
Antaragama. Artikel.
Ansari, Zafar Ishaq & John L. Esposito, eds.,
2001, Muslims and the West: Encounter and Dialogue, Islamabad & Washington
DC., Islamic Research Institute, International Islamic University & Center
for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University. Hlm 57-58
Dr. Ali Masrur, M.Ag. Op. Cit.
Ash-Shiddiqieqy, Hasbi TM, Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Al-Faruqi, Ismail. Atlas Budaya Islam, Menjelajah
Khazanah Peradaban Gemilan, Cet. III, Mizan : Bandung, 2001.
Cuolson, N.J. A. History Of Islamic Law. Edinburg :
Edinburg University, Press. 1964.
Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah
Dan syirkah (Bandung : al-Ma’arif, 1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar