LAPORAN
CARA PENGOLAHAN HASIL KEBUN KARET
Disusun Sebagai
Tugas Dasar-Dasar Manajemen,
Dosen Pengampu Mata Kuliah Bapak Irianto Sastro prawiro, SST
DISUSUN OLEH
PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PENGOLAHAN
HASIL PERKEBUNAN
POLITEKNIK KETAPANG
06NOVEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan
tugas laporan ini guna
memenuhi tugas pelajaran Dasar-dasar Manajemen.
Dalam penyusunan laporan ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu
dan pengorbanan dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara
langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi
hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Pada kesempatan ini kami
tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
Irianto Sastro prawiro, SST. yang telah memberikan bimbingan berupa bantuan,
dorongan, saran sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Teman-teman sekelompok
yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para siswa. Kami sadar bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada guru pembimbing kami
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah kami di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Ketapang, 06 November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang......................................................................................... 1
B.
Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM............................................................... 3
A.
Alat dan
Bahan......................................................................................... 3
B.
Skema
Kerja............................................................................................. 3
BAB III TUJUAN PUSTAKA............................................................................... 5
A.
Klasifikasi
Tanaman Karet....................................................................... 5
B.
Pengertian,
Sifat dan Kandungan Kimia Lateks...................................... 6
C.
Tahapan
Pengolahan Karet Secara Umum............................................... 6
D.
Jelaskan
Perbedaan Pengolahan Karet Sheet dan Crape.......................... 7
E.
Manfaat
Lateks......................................................................................... 8
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN................... 9
A.
Hasil
Pengamatan..................................................................................... 9
B.
Hasil
Perhitungan................................................................................... 10
BAB V PEMBAHASAN...................................................................................... 11
A.
Fungsi dan
Penentuan Nilai KKK dan AT............................................ 11
B.
Prinsip
Analisa........................................................................................ 11
C.
Mekanisme
Terjadinya Koagulasi Lateks dengan Penambahan Asam Asetat dan Asam Format 11
D.
Skema
Kerja dan Fungsi Perlakuan........................................................ 12
E.
Analisis
Data.......................................................................................... 13
BAB VI PENUTUP.............................................................................................. 15
A.
Kesimpulan............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan
mengeluarkan getah susu yang disebut lateks. Banyak tanaman jika dilukai akan
mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi hanya beberapa pohon
saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya havea
bracileansis yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang
penting.
Di Indonesia, sebagian besar perkebunan yang ada
merupakan perkebunan rakyat. Namun, petani rakyat ini sebagian besar tidak
menentukan besarnya pengeluaran dalam pengusahaan karet, padahal karet
alam memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar menguntungkan, apalagi
jika harus dibandingkan dengan karet sintetis dimana harganya bisa
dipertahankan supaya tetap stabil.
Dalam perkembangannya getah karet atau lateks tidak
hanya digunakan dalam industri ban saja. Semakin lama banyak barang yang dibuat
dengan berbahan dasar lateks. Mulai dari sarung tangan operasi hingga barang
barang kebutuhan sehari – hari.
Lateks dapat diolah dalam bentuk karet sheet, crepe,
lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Dalam praktikum ini akan
dipelajari tahap-tahap pengolahan lateks menjadi karet sheet dan juga
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu karet yang dihasilkan.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian hasil pengolahan latek ini agar
dapat mengetahui keunggulan dan kekurangan tentang bertani karet dan untuk
mengetahui manfaat efisien bagi tanaman karet. Selanjutnya adalah untuk
mengetahui kadar-kadar yang terkandung sehingga kita dapat memanfaatkan
pengetahuan tentang bagai mana kuta memperoleh karet yang mudah mendapatkan
penghasilan.. tujuan dalam penelitian
pengolahan kebun karet dibagi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
1)
Tujuan umum
Dapat
memahami proses pengolahan lateks, faktor-faktor proses, pengendalian proses
dan mutu yang dihasilkan.
2)
Tujuan khusus
- Dapat
menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas karet yang dihasilkan.
- Dapat
menjelaskan beberapa macam proses pengolahan macam proses pengolahan karet alam yaitu karet sheet,
crepe, lateks dan crumb rubber.
-
Dapat menjelaskan cara-cara pengawasan mutu pada karet sheet, crepe, lateks
pekat dan crumb rubber.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan
Bahan
1)
Alat
a)
Beaker glass
b)
Spatula
c)
Oven
d)
Neraca analitik
e)
Plastik
f)
Alat penggiling
g)
Alat saring
2)
Bahan
a)
Asam format
b)
Asam asetat
c)
Lateks
d)
Larutan CMC
e)
Air
B. Skema Kerja
1)
Perhitungan
KKK Lateks Segar
No.
|
Perhitungan KKK Lateks Segar
|
1.
|
100 ml
lateks segar
|
2.
|
+ asam
format 1%10ml
|
3.
|
+ asam
asetat 1%10ml
|
4.
|
Dipanaskan
dan diaduk perlahan hinga menggumpal
|
5.
|
Digiling
|
6.
|
Dikeringkan
|
7.
|
Hitung
faktor pengeringan
|
8.
|
Tentukan
dan amati KKK, aroma, tekstur dan warnanya
|
10.
|
Ditimbang berat basah (a gram)
|
11.
|
Dioven (500C)
|
12.
|
Ditimbang bera kering (b gram)
|
2)
Pengenceran
Lateks
No.
|
Pengenceran Lateks
|
1.
|
200 ml
Lateks segar
|
2.
|
Disaring
|
3.
|
Tentukan
KK dan KE nya
|
4.
|
Tambahkan
air sesuai perhitungan
|
5.
|
300 ml
Lateks
|
3)
Penagaruh
Penambahan Bahan Dadih
No.
|
Penagaruh Penambahan Bahan Dadih
|
1.
|
Disaring
|
2.
|
Ditambahkan larutan CMC 1%
|
3.
|
Sebanyak
10ml pada setiap perlakuan
|
4.
|
Diaduk
|
5.
|
Didiamkan
selama 4,7,8 hari
|
6.
|
Amati
warna, tekstur dan aroma dan tentukan KKKnya
|
7.
|
4 hari
|
8.
|
7 hari
|
9.
|
8 hari
|
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Tanaman Karet
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon
batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan,
namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil
dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak
dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami.
Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet
mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia
ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia,
namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan
Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah
sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun,
dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan
militer.
Klasifikasi
botani tanaman karet sebgai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
(Habibie,
2009).
B. Pengertian,
Sifat dan Kandungan Kimia Lateks
Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk
menyebut getah yang dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian
kulit, daun dan integument biji karet. Lateks merupakan suatu larutan koloid
dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media
yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu
sampai kuning. (Djumarti 1998).
Karet
mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF
karena terjadi koagulasi.(Goutara, dkk: 1985)
Lateks
mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum
(air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 %
protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu,
Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi (tersebar secara merata)dalam serum
lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet per
millimeter lateks. (Goutara, dkk: 19
C. Tahapan
Pengolahan Karet Secara Umum
1)
Penerimaan Lateks Kebun
Lateks kebun terlebih dahulu ditimbang dan ditentukan
kadar karet karet keringnya (KKK), yaitu dengan mengambil lateks sebanyak
50-100 ml ditambah 10-20 ml larutan asam pimat 1 purin hasil pembekuan digiling
dengan gilingan laboratorium (tangan) sampai diperoleh lembaran tipis.
2)
Pengenceran Lateks
Sebelum diencerkan, lateks disaring dulu. Penentuan
jumlah air yang diperlukan untuk mengencerkan dengan KKK kebun menjadi lateks
encer KKK tertentu 15%.
3)
Pembekuan
Lateks yang sudah diencerkan lalu ditambah larutan
format 1% sebanyak 55,5 ml tiap liter lateks atau asam asetat 2% dengan KKK
15%.
4)
Penggilingan
Setelah
diperoleh lembaran koagulan yang tebal dan basah kemudian dilakukan
penggilingan dengan tujuan mengeluarkan sebagian air, memperluas permukaan
sheet dengan menipiskan dan memberi lambang (print) serta menyeragamkan mutu
penggilingan karet dilakukan dengan baterai sheet yang terdiri dari 4-6
gilingan beroda 2.
5)
Pengasapan dan Pengeringan
Bertujuan untuk mengawetkan sheet karena mengandung
phenol yang dapat mencegah tumbuhnya mikroorganisme dan sheet.
6)
Sortasi dan Pembungkusan
Setelah
melalui pengasapan dan pengeringan sheet dipilih menjadi beberapa macam mutu
berdasarkan persyaratan tertentu.
D. Jelaskan
Perbedaan Pengolahan Karet Sheet dan Crape
Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya
digunakan mesin penggilingan.Di kalangan pengolahan lateks, mesin ini sering
disebut baterai sheet. Baterai sheet ada yang terdiri dan 4, 5, atau 6 gilingan
beroda dua. Baterai sheet
yang merniliki 4 gilingan beroda dua contohnya adalah merek
Cadet. Sedangkan yang memiliki 5 dan 6 gilingan beroda dua masing-masing
contohnya adalah merek Aristo dan Six in One. Kapasitas setiap jenis baterai
sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan sheet yang akan dibuat Mesin
penggilingan untuk crepe dikenal dengan nama baterai crepe.Jumlah gilingan
beroda dua yang ada biasanya 3, 4, atau 5 gilingan.
Baterai crepe dengan 3 gilingan beroda dua biasanya
kurang memberikan hasil gilingan yang memuaskan, yang paling baik adalah
baterai crepe dengan 5 gilingan.
Selama proses penggilingan, mesin-mesin berjalan terus
menerus.Pada gilingan terakhir selalu terdapat patron yang disebut printer yang
berbentuk spiral.Patron berfungsi memperbesar permukaan sheet serta bisa
mempercepat jalannya pengeringan (Habibie,2009).
E. Manfaat
Lateks
Karet alam
banyak digunakan dalam berbagai industri. Umumnya alat-alat yang dibuat dari
karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-sehari maupun dalam usaha
industri mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara
lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabun penggerakmesin besar dan mesin
kecil, pipa karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku
karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan
alat-alat penghubung dan penahan getaran. Karet juga bisa dipakai untuk tahanan
dudukan mesin serta dipasang pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada
alat-alat lainnya (Nopianto,2009).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
A. Hasil Pengamatan
1)
Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan
|
a gram
|
b gram
|
Warna
|
Tekstur
|
Aroma
|
+asam format
|
22,44
|
15,96
|
+ 1
|
+ 3
|
+ 2
|
+asam asetat
|
20,82
|
14,71
|
+ 1
|
+ 2
|
+ 1
|
2)
Pengenceran Lateks
ml Lateks
|
KKK
|
KE
|
Ʃ air yang di +
|
200
|
17
|
15
|
26 ml
|
3)
Pengaruh Penambah Bahan Dadih
Perlakuan
|
Warna
|
Aroma
|
Tekstur
|
Berat
|
|
a gram
|
b gram
|
||||
4 hari
|
+
|
++
|
+
|
37,44
|
28,28
|
7 hari
|
++
|
+++
|
++
|
33,58
|
28,69
|
8 hari
|
++
|
++++
|
+++
|
38,14
|
30,53
|
Keterangan:
Warna
: semakin + semakin pekat/ gelap
Aroma
: semakin + semakin menyengat
Tekstur
: semakin + semakin kenyal
B. Hasil
Perhitungan
1)
Perhitungan KKK Lateks Segar
Perlakuan
|
A gram
|
B gram
|
Nilai KKK
|
+ asam format
|
22,44
|
15,96
|
15,74
|
+ asam asetat
|
20,82
|
14,71
|
14,78
|
2)
Pengenceran Lateks
Perlakuan
|
AT
|
Pengenceran lateks
|
26
l
|
3)
Pengaruh Penambahan Bahan Dadih
Hari ke-
|
FP (%)
|
KKK (%)
|
4
|
24,47
|
28,28
|
7
|
14,56
|
28,69
|
8
|
19,95
|
30,53
|
BAB V
PEMBAHASAN
A. Fungsi dan
Penentuan Nilai KKK dan AT
Tujuan dari pengenceran lateks dalam praktikum kali
ini adalah untuk menjaga agar kadar karet kering (KKK) lateks sewaktu
diolah dapat dipertahankan selalu tetap. Serta untuk mengetahui berapa kadar
air yang dipelukan untuk mengencerkan lateks secara tepat.
Penentuan AT ini berfungsi untuk mengetahui berapa
jumlah air yang ditambahkan sehingga KKK-nya seragam dan memiliki mutu yang
tetap atau bisa dikatakan untuk menentukan jumlah air pada waktu pengenceran
lateks.
B. Prinsip
Analisa
Prinsip analisa yang pertama adalah perhitungan KKK lateks segar dengan menambahkan
asam format dan asam aseta untuk mempercepat proses penggumpalan. Prinsip
analisa yang kedua adalah pengenceran lateks untuk mendapatkan KKK lateks
tertentu dengan menggunakan aquades untuk menentukan jumlah air yang diperlukan
untuk pengenceran.
Sedangkan prinsip analisa yang ketiga adalah pengaruh penambahan bahan dadih
dimaksudkan untuk memisahkan antara fraksi serum dengan dadihnya. Dalam
pemisahan dua fraksi ini menggunakan CMC 1% yang akan mempercepat naik butir
karet sehingga dalam beberapa waktu butir karet akan terpisah dan terkumpul
dibagian atas cairan dan serumnya berada dibawah dengan lama pemisahan 3-4
hari.
C. Mekanisme
Terjadinya Koagulasi Lateks dengan Penambahan Asam Asetat dan Asam Format
Koagulasi
adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia
sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan
karena adanya gaya grafitasi. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut
atau asam asetat /asam cuka
dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering.
Jumlah tersebut dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya.
Penggunaan asam format didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam
menurunkan pH lateks
serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet
dibandingkan bahan koagulan asam lainnya.
Tujuan dari
penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya sehingga
lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4,5-4,7. Asam dalam
hal ini ion H+ akan
bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa
lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga
terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan
pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu
mempercepat proses pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan
mundur secara perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat
mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan.
Kecepatan
penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam
sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan
kuat. Lateks akan membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan
plat penyekat yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang
seragam (Suseno, 1989).
D. Skema Kerja
dan Fungsi Perlakuan
Dalam praktikum pengolahan lateks ini dibagi menjadi 3
tahap. Tahap pertama yaitu perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama 100ml
lateks segar ditambahkan asam format dan asam asetat masing-masing 1% 10ml,
fungsi ditambahkan asam format dan asam asetat adalah untuk mempercepat proses
penggumpalan. Kemudian dipanaskan dan diaduk perlahan hingga menggumpal dan
digiling utuk memperluas permukaan dan mempercepat proses pengeringan lateks.
Setelah itu dikeringanginkan untuk mengurangi kadar airnya. Setelah
dikeringanginkan, ditimbang berat basah (a gram) dan dioven selama 1 hari
dengan suhu 500C berfungsi untuk mengurangi kadar air bahan dan
ditimbang sebagai berat kering (b gram). Kemudian ditentukan FP dan KKK nya.
Tahap kedua yaitu pengenceran lateks, 200 ml lateks
segar disaring untuk memisahkan kotoran dengan lateks yang akan digunakan.
Kemudian ditambah air sesuai dengan rumus AT. Penambahan air ini berujuan untuk
mengencerkan lateks.
Tahap ketiga yaitu pengaruh penambahan bahan dadih,
300 ml lateks disaring yang berfungsi untuk memisahkan kotoran yang ada dalam
lateks. Kemudian dibagi menjadi tiga yaitu 4 hari, 7 hari, dan 8 hari sebagai
pembanding yang nantinya dapat diketahui dari ketiga perlakuan tersebut mana
yang memiliki warna, tekstur, dan aroma yang paling baik. Kemudian ditambahkan
CMC 1% sebanyak 10 ml pada masing-masing perlakuan. Penambahan CMC ini berguna
untuk memisahkan lateks menjadi dua fraksi yaitu serum dan dadih. Lalu
dilakukan pengadukan agar bercampur merata antara lateks dan CMC. Setelah itu
didiamkan selama 4, 5, 6 hari dan diamati warna, tekstur, aroma serta
ditentukan KKK-nya.
E.
Analisis Data
Dari hasil
perhitungan KKK dan AT. Sebelum melakukan perhitungan KKK, terlebih dahulu
dihitung faktor pengencerannya (FP). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dilakukan, didapat hasil nilai FP pada penambahan asam format dan asam asetat
secara berturut-turut adalah 28,9% dan 29,35%. Dan untuk perhitungan KKK dari
penambahan asam format dan asam asetat secara berturut-turut adalah 15,95% dan
14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format sebagai bahan
penggumpal lebih baik daripada penambahan asam asetat karena KKKnya lebih
besar. Karet yang belum dikeringkan memiliki aroma yang sangat menyengat,
tetapi setelah dikeringkan aroma ini akan memudar. Hal ini terjadi karena
selama proses pengeringan terjadi penguapan senyawa volatil yang memberikan
aroma yang menyengat.
Pada perhitungan pengenceran lateks dengan KKK 17 dan KE 15, didapat nilai AT
sebesar 26 ml. Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak
air yang dibutuhkan berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Pengenceran
ini penting karena untuk menjaga agar kadar karet kering selalu tetap meskipun
sudah diolah.
Pada hasil perhitungan pengaruh penambahan bahan dadih, untuk perlakuan 4 hari
dihasilkan warna yang cerah, aroma yang kurang menyengat, tekstur kurang
kenyal, FP 24,47%, dan KKK sebesar 28,28%. Untuk perlakuan 7 hari memiliki
warna agak gelap, aroma menyengat, tekstur kenyal, FP 14,56%, dan KKK sebesar
28,69%. Untuk perlakuan 8 hari didapatkan warna agak gelap, aroma sangat
menyengat, tekstur sangat kenyal, FP 19,95%, dan KKK sebesar 30,53%. Dari sini
dapat diketahui bahwa semakin lama penyimpanan akan mempengaruhi warna,
tekstur, dan aroma. Semakin lama penyimpanan warnanya semakin gelap, aroma
semakin menyengat, dan tekstur semakin kenyal. KKK tertinggi yaitu pada
penyimpanan 8 hari dengan KKK sebesar 30,53%. Ini berarti bahwa semakin lama
penyimpanan nilai KKK akan semakin besar dan mutu karet akan semakin baik.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disumpulkan bahwa:
1). Lateks adalah suatu istilah yang dipakai
untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh pohon karet.
2). Karet
mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF
karena terjadi koagulasi.
3). Lateks
mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum
(air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 %
protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu,
Mn, dan Fe. Partikel karet tersuspensi (tersebar secara merata)dalam serum
lateks dengan ukuran 0,004-3 mikron, atau 0,2 milyar partikel karet per
millimeter lateks.
4). Penentuan
KKK ini berfungsi untuk mengetahui kadar kering lateks yang digunakan untuk
menentukan penerimaan lateks kebun. Sedangkan penentuan AT berfungsi
untuk mengetahui berapa jumlah air yang ditambahkan sehingga KKK-nya seragam.
5). Pada
perhitungan KKK dari penambahan asam format dan asam asetat secara
berturut-turut adalah 15,95% dan 14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan
asam format sebagai bahan penggumpal lebih baik daripada penambahan asam asetat
karena KKKnya lebih besar.
6). Pengenceran
lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang dibutuhkan
berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Dari hasil perhitungan didapatkan
nilai AT 26 ml.
Anonim.
2011. Petunjuk Praktikum Pengolahan Hasil Pertanian Tembakau, Gula dan
Lateks. Jember: THP FTP UNEJ
Djumarti,
Ir. 2011. Handout Kuliah Teknologi Pengolahan Lateks. Jember: Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Jember
Goutara, B.
Djatmiko, W. Tjiptadi. 1985. Dasar Pengolahan Karet. Bogor: IPB.
Habibie. 2009. Mengenal Tanaman
Karet. http://habibiezone.wordpress.com/2009/12/07/mengenal-tanaman-karet/ (diakses
tanggal 15 Desember 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar